DENPASAR, UHNSUGRIWA – Menyikapi situasi perekonomian di tengah pandemi Covid-19, Fakultas Dharma Duta (FDD) Universitas (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa mengadakan webinar Dharma Duta Talk, Kamis (1/4). Webinar bertema ‘Pemulihan Ekonomi Pascapandemi Perspektif Hindu’ tersebut dibuka oleh Wakil Dekan I FDD, Dr. I Gede Sutarya, SST.Par., M.Ag. Webinar dalam momentum Dies Natalis I UHN I Gusti Bagus Sugriwa ini menghadirkan dua narasumber, yakni Ketua Forum Penyadaran Dharma Drs. I Gde Sudibya dan Dosen UHN I Gusti Bagus Sugriwa, Dr. I Ketut Wardana Yasa, SE, M.Fil.H. Sementara, selaku moderator, yakni Dr. I Nyoman Bontot, S.TP., M.Fil.H.
Wakil Dekan I FDD UHN I Gusti Bagus Sugriwa, Dr. Gede Sutarya mengucapkan selamat datang kepada para narasumber dan peserta. Pada prinsipnya, ia mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan. “Semoga kegiatan ini sebagai pemantik dalam menggali solusi-solusi ekonomi di tengah pandemi Covid-19 dari sudut pandang Hindu secara universal maupun melalui nilai-nilai lokal di Bali,” terangnya.
Kemudian Drs. I Gde Sudibya dalam pemaparannya memaparkan kondisi ekonomi di tengah pandemi yang sudah berlangsung setahun ini. Ia pun mendorong kebijakan pemerintah agar ada jaminan kepada masyarakat tertentu yang rentan secara ekonomi. Misalnya petani, nelayan, buruh dan sebagainya. Hal ini sebagai social safety net atau jaring pengaman sosial.
Menurutnya, harus diakui bahwa industri pariwisata dalam arti luas membentuk porsi pendapatan masyarakat 60-70 persen. Hal ini kata dia risikonya sangat besar. “pihak-pihak yang bergerak di pariwisata, jika tiga bulan saja mengalami kondisi ini, seperti tidak ada tamu maka mereka kesulitan. Sementara ini sudah berjalan setahun,” jelasnya.
Oleh karena itu, menurut ekonom ini, perlu agenda penyelamatan ekonomi secara menyeluruh. Pemangku kebijakan menurutnya perlu membuat terobosan-terobosan dalam menangani perekonomian masyarakat kecil. “Setelah kita berhasil melewati pandemi ini, apa bentuk koreksinya? Saya tawarkan ekonomi yang sosial religius. Karena sistem ekonomi di Bali dikenal religius. Jadi warisan pendahulu, yang menghargai alam dan sekadar mengejar pendapatan,” katanya.
Sementara itu, Dr. Wardana dalam paparannya menerangkan Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan selama ini 54 persen perekonomian Bali bergantung pada sektor pariwisata. Adanya pandemi Covid-19 membuat perekonomian bali tumbuh minus 9,31 persen YoY pada 2020 lalu.
Terkait hal itu, Pemerintah pusat, kata dia berharap Bali tidak hanya mengandalkan sektor pariwisata untuk mendorong pemulihan ekonomi. Bali diharapkan mulai memanfaatkan peluang di sektor pertanian, kelautan, maupun industri lainnya.
Wardana pun menawarkan solusi pengembangan ekonomi kreatif. Mengutif dari Department of Culture, Media, and Sport (DCMS) United Kingdom, dijelaskan ruang lingkup dari industri kreatif, meliputi advertising, architecture, the art and antiques market, crafts, design, designer fashion, film, interactive leisure software, music, the performing arts, publishing, software, television and radio.
Pembina UKM Kewirausahaan ini pun mendorong masyarakat, khususnya generasi muda untuk berkreativitas. Merintis usaha memang tidak mudah, memerlukan ketekunan dan keuletan. “Manfaatkan waktu sebaik mungkin. Misalnya dalam waktu senggang, kita bisa memanfaatkannya untuk hal-hal yang bisa menghasilkan pendapatan,” katanya. (sas/nya)
Pusdok-Humas-Uhnsugriwa
#uhnsugriwa