LUWU UTARA, UHN SUGRIWA – Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan suatu kewajiban sebagai bentuk implementasi nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan kebermanfaatan aktivitas yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat. Salah satu bentuk kegiatan PkM prioritas dan terprogram di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masayarakat (LPPM) UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar adalah Program Desa Binaan. Program ini menyasar desa dengan pertimbangan indeks pembangunan manusia atau permohonan khusus yang ditujukan kepada LPPM sebagai garda depan pengemban tugas ini. Tidak hanya di Bali, melainkan desa binaan UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar menyebar di seluruh pelosok Indonesia dalam skala luas.
Salah satu desa binaan yang terdapat di Sulawesi Selatan, yaitu Desa Cendana Putih, Kecamatan Mappedeceng, Kabupaten Luwu Utara juga mendapatkan sentuhan dari program pengabdian ini. Kegiatan dilaksanakan dari tanggal 16-21 Desember 2023 yang dengan melibatkan 6 orang Tim Pengabdian yaitu: Dr. Drs. I Made Sugata, M.Ag selaku ketua, Ni Nyoman Ayu Suwarthini, SE sebagai sekretaris, Dra. Ni Wayan Rustawati, M,Ag, I Gede Tilem Pastika, S.Sn., M.Sn, Praptika Kamalia Jaya, S.Sn., M.Sn dan I Made Sukma Muniksu, S.Pd.H., M.Pd selaku anggota.
Kegiatan secara terpusat dilaksanakan di Desa Cendana Putih III, namun menggandeng desa dan kecamatan lain se Kabupaten Luwu Utara sebagai perwakilan peserta kegiatan pembinaan pada program ini yang dikhususkan pada umat sedharma. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah Sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru sekaligus pembinaan karakter pada siswa SMA/SMK Hindu se-Kabupaten Luwu Utara. Pelatihan Yoga, dan pembinaan kesenian sesuai dengan permohonan masyarakat. Penciptaan tari rejang dikomandoi oleh I Gede Tilem Pastika, S.Sn., M.Sn dan Praptika Kamalia Jaya, S.Sn., M.Sn.
Sebelum menciptakan tari rejang, tim melakukan riset kecil untuk mencari titik temu dua kebudayaan yang mengacu pada kebudayaan Bali dan Sulawesi Selatan secara umum. Maka terciptalah Tari Rejang Bumi Bhatara Guru dalam waktu singkat yang hanya berproses selama 2 hari. Pada hari pertama Praptika selaku komposer mengeksplorasi music iringan bersama Sekaa Gong yang ada, kemudian dilanjutkan keesokan harinya dengan penciptaan gerak tari dan kostum oleh Tilem Pastika. Tari Rejang Bhumi Bhatara Guru sesuai dengan namanya diilhami dari naska kuno yang memuat tentang asal muasal peradaban yang diyakini oleh suku bugis yaitu kutab I Lagaligo sehingga Luwu Raya pada mulanya dikenal dengan Bumi Bhatara Guru. Sejalan dengan itu, ritus yang memuat keyakinan warga setempat yang merupakan masyarakat transmigran dari Bali juga mengenal konsep pemujaan leluhur (Bhatara Hyang Guru). Tari rejang ini hadir sebagai sebuah pengekspresian rasa syukur terhadap akasa dan pertiwi masyarakat yang meniti kehidupan di tanah Luwu Raya dengan tidak melepaskan spirit Hindu serta budaya Bali yang mengakar dalam dirinya.
Gerak tari dibuat sederhana dengan menstilir gerak-gerak tari tradisional Sulawesi Selatan seperti gerak tari Pakarena, Pa’Gellu, dan gerak pada ritus Madore yang penuh dengan makna yang disesuaikan dengan teknik-teknik gerak pada tubuh penari yang terbiasa membawakan tari tradisional Bali. kostum tari juga dikerjakan bersama-sama dengan warga sekitar dnegan menggunakan kain khas Sulawesi Selatan dan memasukan unsur alam seperti daun kelapa sawit yang menjadi komoditi alam di Luwu Utara. Tarian ini dipentaskan perdana pada tanggal 20 Desember 2023 di Pura Widya Karma Desa Cendana Putih III, Mappedeceng, Luwu Utara yang disaksikan oleh segenap lapisan masyarakat dan turut dihadiri oleh Wakil Ketua DPRD Luwu Utara Bapak Karemudiin yang menyambut baik adanya kegiatan positif ini. Beliau menyatakan pihak pemerintahan daerah Luwu Utara siap merawat serta melestarikan tarian ini sebagai bentuk akulturasi budaya karena warga Cendana Putih sudah menjadi bagian keluarga dan menjadi warga Luwu Utara.(nas/tika)
.
Pusdok-Humas-Uhnsugriwa
#uhnsugriwa