Serangkaian Bulan Bahasa Bali 2020, Mahasiswa Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar yang berkolaborasi dengan Sanggar Sekdut Bali PAC berkesempatan menampilkan teater tari berjudul “Pemargin Sang Jaratkaru” di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar Rabu (12/7) malam. Persembahan Tari Teater ini disajikan oleh kurang lebih 40 orang penari dan penabuh yang didukung dari berbagai komponen kampus IHDN Denpasar. Komponen-komponen tersebut antara lain berasal dari Dosen sebagai pembina, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tari, UKM Tabuh, UKM Pedalangan, dan didukung juga oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IHDN Denpasar sebagai pengayom yang membantu membackup kebutuhan garapan.
Agung Gitaningtyas, Salah satu penari sekaligus Ketua UKM Tari IHDN Denpasar merasa sangat bangga dan bahagia bisa menjadi bagian dalam garapan “Pemargin Sang Jaratkaru” ini. Dirinya mengatakan bahwa ini bukti bahwa IHDN Denpasar tidak bisa dipandang sebelah mata tentang seni walau bukan Perguruan Tinggi yang terlalu berbasis seni.
“Tentunya sangat bangga dan bahagia bisa menjadi bagian dari garapan ini pada Bulan Bahasa Bali 2020. Jadi ini memang menjadi bukti bahwa seni IHDN Denpasar tidak bisa dipandang sebelah mata, walau bukan perguruan tinggi yang terlalu berbasis seni” Ungkapnya.
Menurut Penuturan Sang Sutradara, I Gede Tilem Pastika, untuk judul teater tari ini, sebenarnya memang sudah disiapkan oleh panitia Bulan Bahasa Bali 2020 yang berhubungan dengan “Atma Kertih” sesuai tema Bulan Bahasa Bali 2020. Nah kebetulan IHDN Denpasar mendapatkan kesempatan menggarap cerita perjalanan Sang Jaratkaru. Untuk penggarapan tari ini, dari konsep dan bentuk garapan menawarkan sesuatu yang baru yaitu dengan bentuk cerita berbingkai yang mengutamakan kompetensi yang dimiliki oleh IHDN Denpasar dan Sanggar Sekdut Bali PAC.
“Kami mencoba menawarkan konsep dan garapan baru yang kekinian, dengan memanfaatkan segala potensi yang kami miliki, baik itu dari tari, tabuh, teater, maupun pewayangan, yang semua itu kami sinergikan tanpa mengubah makna cerita Sang Jaratkaru tersebut” Ungkapnya.
Cerita Sang Jaratkaru mengisahkan tentang perjalanan Sang Jaratkaru untuk memperoleh Istri yang memiliki nama sama dengannya. Padahal pada awalnya Ia adalah seorang Sukla Brahmacari (seseorang yang memilih tidak memiliki istri). Hal tersebut ia lakukan untuk menepati janji kepada roh leluhurnya yang tergantung pada ujung bambu petung di Ayastanasthana karena Sang Jaratkaru tidak menikah. Dosen PGSD Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar ini juga mengatakan, lewat cerita dalam garapan ini bisa dimaknai bagaimana cara kita menjalankan setiap tahapan hidup dalam Agama Hindu yang disebut Catur Asrama dengan baik, salah satu tahapannya bernama Grhasta Asrama yaitu masa berumah tangga.
“Lewat cerita ini, mari kita jalankan setiap ajaran agama salah satunya Catur Asrama dengan baik, tetapi jangan terlalu fanatik atau radikal, karena apapun yang terlalu itu tidak baik” Imbuhnya.
Ketika ditanya harapan tentang pentas seni IHDN Denpasar kedepannya. Dosen yang lebih akrab disapa Bli Tilem ini juga berharap dan berpesan agar kedepannya, setiap pentas seni IHDN Denpasar harus tetap mengedepankan setiap komponen dan kompetensi yang berasal dari Sumber Daya Manusia (SDM) IHDN Denpasar itu sendiri, sehingga sinergitas dan kekompakan antar komponen IHDN Denpasar bisa terjalin dengan baik.
“Harapan saya kedepannya, agar setiap pentas seni IHDN Denpasar harus mengedepankan setiap komponen dan kompetensi dari SDM IHDN Denpasar itu sendiri, sama seperti sekarang yang sinergitas antar komponen seperti saya sebagai sutradara, teman saya Praptika Kamalia Jaya sebagai penata tabuh, UKM Tari, UKM Tabuh, UKM Pedalangan, bahkan BEM IHDN Denpasar yang ikut membackup kami itu sangat baik sekali, berkat itu juga kami bisa menampilkan kreativitas terbaik kami” demikian I Gede Tilem Pastika. (Darma)