BERKOMITMEN LESTARIKAN ADAT BALI, TIM PENGABDIAN JURUSAN HUKUM UHN SUGRIWA DAMPINGI ST DHARMA GARGITHA SUWUNG BATAN KENDAL SUSUN AWIG-AWIG

Bagikan :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
DENPASAR, UHN SUGRIWA-
Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar melalui Jurusan Hukum Hindu Fakultas Dharma Duta kembali melaksanakan pengabdian kepada masyarakat berupa Pendampingan Penyusunan Awig-awig. Hal ini sebagai salah satu wujud nyata komitmen UHN IGB Sugriwa dalam pelestarian dan penguatan adat Bali. Apalagi di tengah getolnya program pemerintah terkait desa adat. Kali ini Pendampingan Penyusunan Awig-awig Sekaa Teruna Dharma Gargitha, Banjar Suwung Batan Kendal, Desa Adat Sesetan.
Pendampingan diawali Minggu (20/2) di ruang rapat kantor Pasar Batan Kendal. Tim dipimpin langsung, Ketua Jurusan (Kejur) Hukum Ida Bagus Sudarma Putra, S.H., M.H; dengan anggota Dr. I Nyoman Alit Putrawan, S.Ag., M.Fil.H; Ni Ketut Kantriani, S.Ag., M.Ag; I Made Adi Widnyana, S.Farm., Apt., S.H., M.H; dan I Nyoman Surpa Adisastra, SH.H., M.Ag. Pada pertemuan perdana tersebut, tim pengabdian disambut hangat Sekaa Teruna Dharma Garghita. Tim, sesuai permohonan Sekaa Teruna pun menjelaskan seputar kedudukan, peran, dan fungsi awig-awig.
Kejur Hukum, Ida Bagus Sudarma Putra mengawali dengan berterima kasih karena Sekaa Teruna Dharma Gargitha mempercayakan pendampingan penyusunan awig-awig Sekaa Teruna tersebut. “Awig-awig di antaranya bernilai sosial religius. Awig-awig juga berisi nilai-nilai keagamaan dan adat,” ungkapnya.
Awig-awig di satu wilayah, lanjutnya belum tentu sama dengan wilayah lain, karena sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah. Awig-awig sekaa teruna juga seyogyanya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini sekaa teruna. “Awig-awig juga bersifat dinamis. Bagaimana agar bisa menyesuaikan dengan perubahan, tentunya tanpa meninggalkan tradisi dan nilai-nilai positif yang diwariskan pendahulu. Demikian juga nilai kebersamaan, karena kebersamaan sebagai asas organisasi,” paparnya.
Berkenaan dengan itu, awig-awig sebagai landasan manajemen organisasi dengan tujuan untuk ketertiban, keamanan, dan kenyamanan bersama. Sebab organisasi hendaknya punya aturan yang jelas, perangkat yang tegas menegakkan aturan, dan ada budaya tertib mengikuti aturan. Dengan demikian, meski awig-awig dibuat sangat baik, namun perangkat tidak mampu melaksanakan dan tidak ada budaya teetib aturan, maka tujuan organisasi tak akan tercapai optimal. “Oleh karena itu, ketiga hal ini seyogyanya berjalan beriringan,” tegasnya.
Sejalan dengan itu, Dr. Alit Putrawan mendorong agar awig-awig yang dibuat simpel, sepanjang sekaa teruna bisa menerjemahkan atau memahami maksud daripada awig-awig tersebut. “Namun hendaknya diingat, agar jangan keluar dari awig-awig banjar, desa adat, dan aturan lainnya,” ujarnya.
Pendampingan tersebut, tegas Wakil Direktur Pascasarjana UHN I Gusti Bagus Sugriwa ini, hanya berupa penyelarasan antara pemahaman tim dan rancangan yang sudah dibuat sekaa teruna. “Jika perlu, kami akan memberikan tafsiran hukum adatnya. Tentunya apa yang kami sampaikan sifatnya tidak memaksakan, karena kami menghormati aturan yang sudah berlaku di sini,” tegasnya.
Made Adi Widnyana menambahkan, awig-awig yang dibuat sekaa teruna, hendaknya mampu dijalankan. “Jangan sampai tidak bisa dijalankan atau justru memberatkan Seka Teruna Dharma Gargitha nantinya,” harapnya.
Awig-awig, jelasnya bersifat umum.
Jika ada sesuatu yang hendak diatue lebih detail atau teknis, bisa diturunkan dalam bentuk pararem. Dipaparkan, ada beberapa jenis pararem, yakni Pararem Panyacah Awig-awig jika ada hal-hal yang perlu dibuatkan penjelasan atau aturan pelaksanaan terkait awig-awig. Kemudian Pararem Pangele yang berisi aturan yang belum diatur dalam awig-awig, karena awig-awig tidak terlepas dari ketidaksempurnaan. Ada juga Pararem Panepas Wicara, yang dibuat dalam rangka memutus suatu perkara.
Para sekaa teruna pun secara aktif melontarkan berbagai pertanyaan kepada tim, sehingga diskusi berlangsung interaktif. Meski rata-rata masih remaja, namun pemahaman dan pengalaman para anggota beorganisasi kepemudaan dalam bidang adat ini cukup baik. Para anggota sekaa berharap tim mendampingi penyusunan awig-awig hingga tuntas. (sas/nya)
Pusdok-Humas-Uhnsugriwa